22 research outputs found

    Perencanaan Strategis PT.ITCI dalam Persiapan Pelaksanaan Sistem Manajemen Ligkungan (IS0 14001)

    Get PDF
    RINGKASAN EKSEKUTIF MUHAMMAD ZAHRULMUTTAQIN, 1998. Perencanaan Strategis PT.ITCI dalam Persiapan Pelaksanaan Sistem Manajemen Ligkungan (IS0 14001). Dibawah bimbingan E. GUMBIRA SA'ID dan ARIF IMAM SUROSO. Dalam industri kehutanan, isu sistem manajemen lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. pemanfaatan & sumber daya hutan memiliki dampak terhadap lingkungan global. Hal ini memberikan implikasi perusahaan di sektor kehutanan merupakan salah satu fihak utama yang terkena dampak isu tersebut, selain perusahaan kimia. Disamping itu dalam globalisasi perdagangan hasil hutan sekarang ini telah terjadi praktek-praktek pengkaitan lingkungan dalam dunia perdagangan secara tidak add, karena adanya keinginan dari masing-masing negara untuk melindungi produknya dalam perdagangan bebas. Adanya standarisasi aspek lingkungan,diharapkan akm menjadi salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan perdagangan secara adil dan tetap memperhatikan upaya pengelolaan lingkungan. PT. International Timber Corporation Indonesia (ITCI) adalah salah satu perusahaan dalam sektor kehutanan yang sangat memperhatikan lingkungan global. Sebagai perusahaan yang bergerak di pengelolaan hutan dan hasil hutan maka PT. ITCI juga terkena dampak isu global mengenai kelestarian lingkungan, khususnya sistem manajemen lingkungan. Disamping memiliki areal HPH yang cukup luas sebagai bidang usaha utama, PT. lTCI juga memiliki industri pengolahan kayu untuk meningkatkan nilai tambah hasil hutannya. Salah satu pabrik pengolahan kayu (log) yang dimiliki oleh PT. ECI adalah pabrik kayulapis. Tidak semua perusahaan, termasuk di dalamnya PT. ITCI, memiliki tingkat kesiapan yang sama dalam merencanakan dan mengimplementasikan suatu sistem. Kondisi perusahaan saat ini, tingkat tekanan dari pihak luar, dan keinginan manajemen perusahaan merupakan hal-hal yang dijadikan pertimbangan oleh perusahaan untuk sebaiknya menerapkan suatu sistem atau tidak. Setelah diidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun rencana strategis untuk mempersiapkan pelaksanaan sistem secara menyeluruh. Pada kasus PT.ECI, perlu dilakukan penilaian kesiapan untuk melaksanakan sistem manajemen likgkungan untuk kemudian dirumuskan rencana strategis sistem tersebut Dalam hal ini PT. ITCI dihadapkan pada kendala utama yaitu memperoleh sertifikat IS0 14001 untuk dua kegiatan sekaligus yaitu pengelolaan hutan dan pengolahan hasil hutan. Dari latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh PT. ITCI sehubungan dengan langkah perusahaan dalam menyesuaikan dan mengantisipasi isu lingkungan yaitu: (I), Bagaimanakah situasi yang dihadapi oleh perusahaan dalam'.rangka menerapkan sistem manajemen lingkungan?, (2) Bagaimana kesiapan perusahaan dalam merencanakan penerapan IS0 14001? dan (3) Bagaimana perencanaan strategis FT. ITCI untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan? Dengan mengetahui permasalahan tersebut maka tujuan geladikqa adalah sebagai berikut: (1) Menilai kondisi aktual PT. ITCI terhadap semua prosedur utama penerapan sistem menajemen lingkungan untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001, (2) Menelaah hubungan antara prosedur TPTI dan standar IS0 9002 yang telah diterapkan oleh PT. ITCI dengan IS0 14001 yang ingin dicapai oleh PT. ITCI dan (3) Merumuskan rencana strategis sistem manajemen lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis SWOT. Dari data pelaksanaan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia untuk pengusahaan hutan, dokumentasi ISO 9000 untuk pengolahan kayu dan elemen-elemen persyaratan IS0 14001, dilakukan eksplorasi faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan sistem manajemen lingkungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Dari data tersebut disusun matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Penentuan bobot masing-masing faktor matriks IFE dan EFE didasarkan pada nilai prioritas masing-masing faktor yang didapatkan melalui pembandingan berpasangan metode PHA. Dari hasil kajian manajemen strategis didapatkan bahwa' visi PT. ITCI dalam pengusahaan hutannya adalah " PT. ITCI mengelola hutan bukan hanya untuk keuntungan PT, ITCI sendiri tetapi untuk seluruh masyarakat". Akan tetapi PT. ITCI belum memiliki pernyataan tentang misi secara formal. Untuk itu disarankan agar pernyataan misi PT. ITCI secara formal adalah: "PT. ITCI adalah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan hutan dengan melakukan praktek-praktek terbaik. Kami mengelola dun mengembangkan sumberdaya hutan dun menyediakan produk-produk yang berkualitas serta melayani masyarakat dan konsumen. Kami melaksanakan bisnis kanzi secara konsisten untuk meraih tingkat keuntungan yang tinggi dengan mengedepankan keseimbangan ekologi, pertumbuhan jangka panjang, menguntungkan para pemegang saham daiz memenuhi komitmen kami pada masyarakat dan lingkungan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial untuk mencapai pengelolaan hutan secara lestari (sustainable forest management)". Berdasarkan analisis faktor eksternal dan internal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE maka didapatkan nilai IFE sebesar 2,893 dan EFE sebesar 2,845. Dengan nilai matriks faktor internal sebesar 2,893 maka PT. ITCI memiliki kekuatan yang tergolong rata-rata dalam melaksanakan sistem manajemen lingkungan untuk setiap langkah bisnisnya. Nilai matriks faktor ekstemal sebesar 2,845 memperlihatkan respon yang diberikan oleh PT. ITCI kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Dengan kedua nilai tersebut PT. lTU telah mampu mendekati pada respon yang kuat terhadap kondisi eksternal dan memiliki kekutan yang cenderung tinggi secara internal karena kedua nilai tersebut berada di atas rata-rata yaitu 2,5 dan mendekati batas angka 3,O. Kondisi tersebut telah menempatkan PT. ITCI pada posisi yang siap untuk melaksanakan sistem manajemen lingkungan Dikaji dari potensi sumberdaya dan langkah-langkah yang dimiliki oleh PT. ITCI maka sistem manajemen lingkungan yang akan diterapkan saat ini diduga akan berjalan efektif. Hal ini juga didukung oleh telah adanya kebijakan lingkungan IT. ITCI yang merupakan dasar penyusunan rencana jangka menengah dan pendek dalam kaitannya dengan sistem manajemen lingkungan. Strategi fungsiond IT.ECI yang mempakan rencana jangka menengah dalam rangka pelaksanaan sistem manajemen lingkungan sesuai dengan prioritasnya adalah sebagai berikut: A. Fungsi Sumberdaya Manusia 1. Menambah satu direktur baru yang mengurusi masalah mutu dan lingkungan di jajaran direksi. 2. Mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman dikaitkan dengan perhatian karyawan terhadap pengembangan standar di perusahaan. 3. Meningkatkan hubungan kemitraan dengan masyarakat sekitar hutan. 4. Meningkatkan wawasan seluruh karyawan agar berorientasi global namun tetap bertindak secara lokal. 5. Mengintensifkan pendidikan dan latihan tentang ISO9000 dan ISO14000. 6. Meningkatkan peran PT. ITCI di forum-forum nasional maupun internasional dalam pengembangan SML. 7. Membentuk tim khusus yang menangani masalah IS0 14000 dan keterkaitannya dengan peraturan-peraturan daerah. B.Fungsi Teknologi 1. Meningkatkan produksi bibit 2. Mengefisienkan penggunaan peralatan. 3. Mengembangkan pupuk dan pestisida biologis untuk pembibitan dan penanaman. 4. Meningkatkan penanganan limbah pabrik. 5. Melakukan riset pasar teknologi internasional. 6. Mengakuisisi mesin dan teknologi baru dalam pengolahan kayu. 7. Membangun sistem informasi berbasis komputer. 8. Mengembangkan bioteknologi hutan dalam upaya perbailan bibit dan penanaman. 9. Mengadakan penelitian pemanfaatan hasil hutan non kayu. 10.Mencari alternatif media persemaian. C.Fungsi Mannfakturing 1. Mengurangi biaya produksi. 2. Mendayagunakan semua potensi karyawan. 3. Mengefektifkan pola kerja. 4. Menarik modal baru. 5. Mengembangkan produk baru. 6. Meningkatkan kualitas barang sesuai permintaan konsumen. 7. Mempercepat proses pengiriman barang. 8. Menyediakan produk untuk proyek-proyek pemerintah. D. Fungsi Pemasaran 1. Membentuk divisi pemasaran wilayah Eropa dan Asia Tengah serta merekrut ahli di kedua wilayah tersebut 2. Membuat sistem perencanaan hutan dan proses pengolahan yang berdimensi luas. 3. Mempergencar iklan produk stUdi dunia internasional. 4. Mempergunakan saluran-saluran pemasaran yang efektif dan efisien. 5. Mengembangkan pasar baru. 6. Menggunakan sumberdaya modal secara efisien. 7. Membuat prosedur-prosedur sistem manajemen lingkungan untuk disosialisasikan ke perusahaan lain. 8. Mempertahankan pasar tradisional dengan kerjasama produk lainnya. Program jangka pendek yang dikembangkan dari strategi fungsional yang mempakan program jangka menengah selain didasarkan pada pertimbangan prioritas strategi fungsional juga pada tingkat kemamputerapannya (practicability) di lapangan untuk kondisi saat ini. Untuk itu rencana pengembangan sumberdaya manusia berkenaan dengan sistem manajemen lingkungan menjadi prioritas utama, disamping upaya-upaya pemasaran.

    The role of fiscal instruments in encouraging the private sector and smallholders to reduce emissions from deforestation and forest degradation: Evidence from Indonesia

    Get PDF
    While developing countries around the world are preparing to implement REDD+, there is a debate on the possible role of fiscal instruments in encouraging the private sector and smallholder stakeholders in reducing emissions. Drawing on a case of Indonesia, an early leader on REDD+, this paper investigates the role of fiscal instruments in encouraging the private sector to reduce forest-based emissions and the implications for improving the forest sector governance. In particular the study highlights the perspectives of a range of forest sector stakeholders on the role of fiscal instruments that contribute either positively or negatively to reducing emissions from deforestation and forest degradation in Indonesia. The study comprised a review of the existing instruments in Indonesia, as well as surveys and interviews. An online survey and structured face-to-face interviews were conducted with a range of forest sector stakeholders, including government, civil society, academia, and palm oil concession holders. Findings indicate that there is a range of formal and informal fiscal instruments at the various jurisdictional levels, and a variety of incentives and disincentives. More emphasis on cross-sectoral co-ordination, alternatives to commodities such as palm oil, and continued land reform, is required

    The Economic Value of Water for Commercial Use in Upper Brantas Sub-watershed

    Full text link

    الكناية في سورة البقرة في القرآن الكريم

    Get PDF
    Surat Al-Baqarah merupakan surat ke-2,juz ke-1 dan surat terpanjang diantara surat-surat yang lain didalam Al-Qur’an. Surat Al-Baqarah termasuk Surat Madaniyah , ayatnya ada 286, hurufnya ada 25.500 huruf dan kalimatnya ada 6.121 kalimat. Ilmu Bayan merupakan salah satu bagian ilmu Balaghah selain ilmu Ma’ani dan ilmu Badi’. Ilmu Bayan adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyusun satu pengertian dengan berbagai macam redaksi yang sebagain berbeda beda dengan sebagaian yang lain dalam menjelaskan makna namun dalam makna yang sama. Ilmu Bayan membahas tentang Tasbih, Majaz dan Kinayah .Kinayah merupakan salah satu pembahasan Ilmu Bayan, Kinayah adalah ungkapan yang disampaikan dan dimaksud adalah kelaziman maknanya disamping boleh juga makna sendiri. Kinayah terbagi menjadi tiga macam, yaitu (1) Kinayah yang menunjukan bentuk sifatnya (Kinayah As-Shifah). (2) Kinayah yang menunjukan bentuk yang disifatinya (Kinayah Al-Mausuf). (3) Kinayah yang menunjukan lafadz bukan shifah dan Mausuf. Sedangkan tujuan Kinayah ada empat yaitu : (1) Menjelaskan. (2) Menghias makna. (3) menjelekan sesuatu. (4) merasa malu. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Ada berapa macam Kinayah yang terdapat dalam surat Al-Baqarah di Al-Quran Al-Karim. (2) Apa saja tujuan penggunaan Kinayah dalam surat Al-Baqarah di Al-Quran Al-Karim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptip kualitatif. Sebuah metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data yang ada di dalam surat Al-Baqarah, kemudian menyertakan penjelasan penjelasannya darinya beserta analisisnya untuk mengkaji lebih dalam permasalahan di dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini adalah di dalam surat Al-Baqarah terdapat 18 ayat yang mengandung kinayah yang terbagi kedalam tiga macam kinayah yaitu enam Kinayah As-Shifah ( ayat 10, 61, 196, 235, 236, dan 237), sebelas Kinayah Al-Mausuf (ayat 13, 65, 66, 96, 101, 133, 187, 222, 223, 226, dan 267) dan satu Kinaya Nisbah (ayat 24). Sedangkan tujuan Kinayah yaitu terdapat lima ayat yang berfungsi menjelaskan (ayat 10,13, 24, 66, 101), tiga ayat berfungsi untuk memperindah makna (ayat 65, 235, dan 267), satu ayat berfungsi untuk menjelekan sesuatu (ayat 61) dan tiga ayat berfungsi untuk merasa malu (187, 222, 223

    Policy forum: Institutional architecture and activities to reduce emissions from forests in Indonesia

    Get PDF
    The Government of Indonesia has developed the institutional architecture to deliver the emission reductions commitments stated in its Nationally Determined Contribution (NDC) submitted to the UNFCCC. It has also indicated a range of policies and activities that will be implemented to deliver those commitments. This paper outlines the architecture and provides an initial analysis of proposed activities to reduce emissions. It is found that proposed activities fall significantly short of the emissions reduction committed in the NDC. Policies and activities with the potential to further reduce emissions are highlighted drawing on the findings of the papers published in the Special Issue on Landuse Change in Indonesia.This research was supported by a grant from the Australian Centre for International Agricultural Research (FST/2012/040

    Reducing emissions from land use change in Indonesia: An overview

    Get PDF
    The goals of the Paris Agreement on Climate Change cannot be achieved without a significant reduction in emissions from forests. Reductions of emissions from land use, particularly forests, account for a quarter of the reductions pledged in the Nationally Determined Contributions (NDCs) submitted by Parties to the UNFCCC. The papers included in this Special Issue of Forest Policy and Economics provide a contribution to the analysis of the design and implementation of the NDCs and REDD+ by considering aspects of reducing emissions from forests in Indonesia. Indonesia is the second largest emitter of greenhouses gases from forest after Brazil, but it becomes the largest emitter from forests in years when it experiences significant forest and peat fires.This research was supported by a grant from the Australian Centre for International Agricultural Research (FST/2012/040)

    STAKEHOLDERS' PERCEPTION ON MANAGEMENT OF UPSTREAM CILIWUNG WATERSHED: IMPLICATIONS FOR FOREST LANDSCAPE PLANNING

    Get PDF
    Forests play a vital role for the livelihoods of rural and urban communities. Addressing perception of forest users regarding forest practices is one of the most important aspects of forest management. This paper aims to elaborate stakeholders’ perception on the biophysical, socio-economic and institutional aspects of forest landscape management in upstream Ciliwung watershed. Data were collected through survey, by highlighting preferences, perceptions, and expectations of actors who are interested in the impacts of watershed management. This study indicates that communities at upstream Ciliwung watershed area perceived that the socio-economic aspect is the most important factor in managing upstream Ciliwung watershed. The governments (central and local), however, pay more attention to the biophysical and institutional aspects. The result of the overall perception analysis shows that institutional aspects need to be addressed first, followed by socio-economic aspects and biophysical aspects to improve the management of upstream Ciliwung watershed. Addressing institutional aspects is needed to enhance awareness and coordination among stakeholders, to enforce law and to develop a monitoring system to support the preservation of the forest at the upstream watershed areas. In terms of socio-economic aspects, improving community livelihoods is needed through payments for environmental services. Regarding biophysical aspects, afforestation and conservation of soil and water need to be prioritised. Thus, there should be programs that could provide solutions based on the three main aspects to improve the management of the forest resources in the upstream watershed area

    Analysing Policy Formulation for Coal Mining Activities within State Forest Zone in Indonesia: A case study of East Kalimantan Province

    Get PDF
    The formulation of policies regarding coal-mining activities in state forest zone has usually been complicated by the natures of coalmine, actors involved in the coal mining industries, and the goals to achieve sustainable resource management. This study uses Institutional analysis and developmen

    Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Hutan Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah

    Full text link
    Hutan Desa (HD) merupakan hutan negara yang tidak dibebani hak dan dikelola oleh desa untuk kesejahteraan desa. Desa yang memiliki HD bertanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya hutan secara lestari. Pengembangan HD di desa Buntoi masih dalam tahap awal sehingga perlu dilakukan penggalian potensi dari berbagai aspek seperti aspek jasa lingkungan, kebijakan dan kelembagaan, dan potensi mata pencaharian yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi jasa lingkungan beserta faktor-faktor yang memengaruhi dalam pengembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan jasa air di Desa Buntoi selama ini hanya mengandalkan air sungai yang berwarna coklat karena tidak memiliki sumber mata air. Secara bentang alam tidak ditemukan areal yang khas untuk dapat menarik kedatangan wisatawan, akan tetapi potensi keanekaragaman hayati dan penyerapan karbon di HD kurang optimal dimanfaatkan untuk menarik wisatawan. Ketidakoptimalan pemanfaatan jasa lingkungan di HD Buntoi disebabkan oleh: (1) Persepsi masyarakat lokal yang belum mendukung pemanfataan jasa ekosistem; dan (2) Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah dalam pemanfaatan jasa ekosistem di hutan desa. Adapun kegiatan yang dapat dikembangkan untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati, keindahan bentang alam, dan konservasi karbon di desa hutan yaitu ekowisata danprogram pengurangan emisi berbasis REDD+

    Sistem Diagnosis Penyakit Ikan Koi Menggunakan Metode Forward Chaining dan Dempster-Shafer

    No full text
    Pengetahuan pembudidaya akan jenis penyakit yang dapat menyerang pada ikan koi pada saat budidaya sangat kecil. Prediksi indikasi penyakit pada budidaya ikan koi adalah suatu hal yang penting terhadap keberhasilan budidaya. Prediksi penyakit didapat dari fakta-fakta yang ada dalam proses budidaya. Penentuan penyakit ikan koi dapat menjadi kendala ketika informasi yang diketahui kurang tepat. Sehingga diperlukan aplikasi yang mempunyai pengetahuan seperti pakar (dokter spesialis). Forward Chaining dan Dempster-Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa adalah. Metode yang digunakan mendapatkan hasil diagnosa dengan memilahantara gejala umum dan khusus. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan aplikasi ini dapat melakukandiagnosa serta memberikan cara penanganan seperti yang dilakukan pakar. Pada penelitian ini, diukur tingkat akurasi yang dihasilkan aplikasi adalah sebesar 95%
    corecore